Jumat, 10 Juni 2011

PSIKOLOGI LINGKUNGAN "STRES"

PSIKOLOGI LINGKUNGAN
Nama : Azariah Kartika
Kelas : 3 PA 06
NPM : 10508034
Tanggal : 16-05-2011/Senin

STRES

Karakteristik dari stres adalah tidak hanya di identifikasi dasar simtomatologi dan perjalanan penyakit, akan tetapi juga salah satu dari faktor pencetus :
• Suatu stres kehidupan yang luar biasa, yang menyebabkan reaksi stres akut, atau
• Suatu perubahan penting dalam kehidupan, yang menimbulkan situasi tidak nyaman yang berkelanjutan, dengan akibat terjadi suatu gangguan penyesuaian.
Stres bisa dikatakan sebagai respon maladaptif yang dimana gangguan tersebut berupa penyesuaian yang merugikan sosial,pribadi,serta fisiologis. Stres berawal dari trauma,fobia,serta kecemasan yang telah terjadi pada diri manusia tersebut , sehungga berkelanjutan stres akut yang berat apabila tidak segera ditangani.

Ciri-Ciri Reaksi Stres :
• Harus ada kaitan waktu kejadian yang jelas antara terjadinya pengalaman stressor (fisik atau mental) dengan onset dari gejala, biasanya setelah beberapa menit atau segera setelah kejadian.
• Terdapat gambaran gejala campuran yang biasanya berubah-ubah selain gejala permulaan berupa keadaan “terpaku” (daze), semua hal berikut dapat terlihat seperti depresi,anxietas,kemarahan,kecewa,overaktif dan penarikan diri. Akan tetapi tidak satupun dari gejala tersebut yang mendominasi gambaran klinisnya untuk waktu yang lama.
• Pada kasus-kasus yang dapat dialihkan dari lingkup stressor-nya, gejala-gejala dapat menghilang dengan cepat (dalam beberapa jam); dalam hal dimana stres menjadi berkelanjutan atau tidak dapat dialihkan, gejala-gejala biasanya baru mereda setelah 24-48 jam dan biasanya hampir menghilang setelah 3 hari.
Stres bisa terjadi karena :
a. Pasca trauma
b. Penyesuaian
c. Anxiety
d. Fobia
e. Emosi

Apa Itu Stres ?
Stres bukanlah sesuatu yang mudah untuk diidentifikasi. Pada awalnya, istilah stres diambil begitu saja dari ilmu fisika. Pada saat itu manusia diperkirakan kurang lebih serupa dalam satu dan lain hal dengan obyek fisika, misalnya logam, yang mampu menahan kekuatan dari luar namun pada satu titik akan kehilangan kekuatannya bila dihadapkan pada suatu tekanan yang lebih besar. Namun, tidak seperti logam, manusia dapat memikirkan dan mempertimbangkan, juga mengalami, begitu banyak situasi sosial yang dapat membuat upaya mendefinisikan stres menjadi lebih kompleks dalam ilmu psikologi dibandingkan dengan ilmu fisika (Hobfoll, 1989).
Stres merupakan suatu ancaman dan tantangan yang ditempatkan oleh lingkungan pada diri manusia. Maka definisi terbaik untuk stres adalah respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stressor, yang mengancam dan menanggung kemampuan seseorang untuk menanganinya (coping).

Respon Tubuh Terhadap Stres ?
Menurut seorang pelopor penelitian mengenai stres yang dilahirkan di Austria, almarhum Hans Selye (1974,1983), stres sebenarnya adalah kerusakan yang dialami tubuh akibat berbagai tuntutan yang ditempatkan padanya. Berapapun keadian dari lingkungan atau stimulus akan menghasilkan respon stres yang sama pada tubuh. Seyle mengamati pasien yang memiliki masalah yang berbeda-beda: kematian seseorang yang dekat, kehilangan pekerjaan, ditangkap karena melakukan penggelapan. Tanpa memperhatikan masalah seperti aoa yang dihadapi oleh seorang pasien, gejala yang serupa muncul; hilangnya nafsu makan, otot menjadi lemah, dan menurunnya minat terhadap dunia.
Sindrom adaptasi umum (general adaptation syndrome/GAS) adalah konsep yang dikemukakan oleh selye yang menggambarkan efek umum pada tubuh ketika ada tuntutan yang ditempatkan pada tubuh gersebut. GAS terdiri dari tiga tahap: peringataan, perlawanan, dan kelelahan. Pertama, pada tahap peringatan alarm, individu memasuki kondisi shock yang bersifat sementara, suatu masa dimana pertahanan terhadap stres ada di bawah normal. Individu mengenali keberadaan stres dan mencoba mengjilangkannya. Otot menjadi lemah,suhu tubuh menurun, dan tekanan darah juga turun. Kemudian terjadi apa yang disebut dengan countershock, dimana pertahanan terhadap stres mulai muncul : korteks adrenal , mulai membesar, dan pengeluaran hormon meningkat.
Tahap alarm berlangsung singkat. Tidak lama kemudian, individu bergerak memasuki tahap perlawanan (resistance), dimana pertahanan terhadap stres menjadi semakin intensif, dan semua upaya dilakukan untuk melawan stres. Pada tahap pertahanan, tubuh individu dipenuhi oleh hormon stres; tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, dan pernafasan semua meningkat. Bila semua upaya yang dilakukan untk melawa stres ternyata gagal dan stres tetap ada, individu ppun memasuki tahap kelelahan (exhausted), dimana kerusakan pada tubuh semakin meningkat, orang yang bersangkutan mungkin akan jatuh pingsan di tahap kelelahan ini, dan kerentanan terhadap penyakit ini pun meningkat.
Walaupun demikian, tidak semua stres itu buruk, Eustress adalah onsep selye yang menggambarkan sisi positif dari stres. Berkompetisi di suatu kejuaraan atletik, menulis karangan, atau mengejar seseorang yang menarik membuat tubuh menghabiskan energi. Seyle tidak mengatakan bahwa kita harus menghindari semua pengalaman seperti ini dalam kehidupan kita, namun ia menekankan bahwa kita harus meminimalkan kerusakan pada tubuh kita.

Respon Stres Terhadapa Lingkungan ?
Banyak faktor, baik besar maupun kecil, yang dapat menghasilkan stres dalam kehidupan manusia. Pada beberapa kasus, kejadian-kejadian yang ekstrem, seperti perang, kecelakaan kendaraan, atau kematian seorang teman, dapat menghasilkan stres. Sementara, kejadian sehari-hari seperti tugas sekolah dan pekerjaan yang berlebihan, merasa frustasi karena kondisi keluarga yang tidak menyenangkan, atau hidup dalam kemiskinan, juga dapat menghasilkan stres.
a. Konflik : konflik terjadi ketika seseorang harus mengambil keputusan dari dua atau lebih stimulus yang tidak cocok. Tiga tipe konflik utama adalah, Konflik mendekat(terjadi bila individu harus memilih antara dua stimulus keadaan atau keadaan yang sama menarik), konflik menghindar (individu harus memilih antara dua timulus yang sama0sama tidak menarik, sebenarnya harus menghindari keduanya, namun mereka harus memilih salah satu), konflik mendekat/menghindar (hanya ada satu stimulus atau keadaan namum memiliki karakteristik yang positif dan juga negatif).
b. Stres yang dialami seseorang sangat mempengaruhi tingkah laku yang tidak sehat, seperti menggambarkan kesehatan yang tidak komponen psikologis, sering emosional, dan penarikan sosial.
c. Keyakinan mengenai kesehatan seperti, pengetahuan kesehatan, pengambilan keputusan.
d. Variasi kebudayaan dan etnis, perbedaan etnis sering terjadi, yang dimana adanya minoritas dan mayoritas, kemudian dapat dihubungkan bahwa kemiskinan pada etnis minoritsa sangat mempengaruhi stres, yang dimaana bisa menyebabkan kematian
e. Faktor-faktor sisoal budaya, ikut mempengaruhi kesehatan melalui peranannya dalam menentukan norma-norma budaya yang berlaku mengenai kesehatan, melalui hubungan sosial yang memberikan dukungan emosional, dan melalui dukungan bagi tingkah laku sehat ataupun yang tidak sehat. Atau nisa dikatakan juga stres akulturatif yang mengacu pada perubahan kebudayaan yang merupakan akibat dari kontak langsung yang sifatnya terus menerus antara dua kelompok kebudayaan yang berbeda. Kemudian stres akulturatif adalah konsekuensi negatif dari akulturasi.
Kejadian Stres Dalam Hidup Dan Sehari-Hari ?
Remaja dapat mengalami suatu spektrum stres, rentangnya dimulai dari yang tergolong biasa saja sampai yang berat. Pada bagisn yang tergolong biasa saja kita temukan pengalaman yang biasa dialami kebanyakan remaja dan dimana pola penanganan stres yang ada jelas. Misalnya, kebanyakan orang tua menyadari bahwa anak-anaknya sering sekali merasa iri satu sama lain dan oleh karena itu, ketika salah satu anaknya melakukan sesuatau dengan baikm saudaranya akan meras airi. Mereka tau bagaimana rasa iri ini bekerja dan tau cara-cara yang bisa dilakukan untuk membantu remaja menanganinya.
Stres yang lebih berat terjadi ketika anak-anak atau remaja harus dipisahkan darimorang tuanya, seperti perceraian orang tua, kematian, penyakit, atau diangkat sebagai anak asuh orang lain. Stres yang bahkan lebih berat lagi adalah pengalaman yang dimiliki remaja yang selama bertahun-tahun diabaikan atau diperlakukan dengan kejam, korban insest juga mengalami stres yang berat, sementara pedoman untuk menanganinya masihs sedikit (Williamson & Borduin, 1989).

Strategi Penanganan Stres Dengan Baik ?
• Strategi mendekati, meliputi usaha kognitif untuk memahami oenyebab stres dan usaha untuk menghadapi stres tersebut dengan cara menghadapi penyebab stres tersebut atau konsekuensi yang ditimbulkannya secara langsung, (Ebata & Moos, 1994).
• Strategi menghindar, meliputi usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimaliskan penyebab stres dan usaha yang muncul dalam tingkah laku, untuk menarik dari atau menghindar dari penyebab stres, (Ebata & Moos, 1994)
• Berpikir Positif dan Self-Efficacy, suasana hati yang positif dapat memperbaiki kemampuan remaja unutk memproses informasi secara efisien, membuat mereka menjadi lebih altruistik, dan memberi mereka harga diri yang lebih baik. Sikap yang optimis selalu lebih baik daripada sikap sikap yang pesimis dalam berbagai kasus, memberikan seseorang perasaan bahwa mengendalikan lingkungan mereka, Albert Bandura (1986,1989).
• Sistem dukungan, keterikatan yang dekat dan positif dengan orang lain terutama dengan keluarga dan teman secara konsisten, (Wagner, Cohen, & Brook, 1991).
• Meningkatkan Religiusitas terhadap Tuhan YME.
Kesimpulan :
Dari uraian diatas saya menyimpulkan, bahwa stres bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja dan dimana saja, adapun faktor penyebabnya berawal dari diri sendiri dan lingkungan sekitar, senjata yang paling ampuh untuk mengatasi atau meminimalkannya adalah yang terpenting dari diri kita sendiri mau berusah dan maju untuk menjadi yang lebih baik, ibarat kata sebanyak apapun suport dari orang-orang terdekat apabila kita tidak bertindak itu sama saja tidak berguna, pendapat ini saya setuju juga dengan tokoh humanistik “Carl Roger” yang berpendapat “Suatu keunikan manusia adalah bentuk aktualisasi dapat dilakukan dengan dirinya sendiri, atau bisa dikatakan apabila seseorang ingin berkembang kearah yang lebih baik, obat yang paling ampuh adalah dirinya sendiri/Client centered therapy.
Dalam teori ini mendisiplinkan bahwa manusia harus bisa mandiri karena kalau kita terus bergantung pada orang lain, maka bisa dikatakan kita bukan orang yang bisa beraktualisasi kearah yang lebih baik. Kemudian dengan cara meningkatkan religiusitas kita sebagai makhluk Tuhan akan tau untung ruginya apabila kita menyia-nyiakan hal yang penting, dan selalu ingat Tuhan tidak akan menguji umatnya diluar kemampuannya, jadi kalau seseorang stres lalu bunuh diri, atau menarik diri dari lingkungan, dan lain-lain itu adalah hal yang merugikan dirinya sendiri dan orang lain.

Note :
“Semoga dengan tugas yang saya rincikan ini bagi yang membacanya dapat bermanfaat dan berbagi ilmu dengan yang lainnya, sehingga kita semua bisa mencegah hal-hal yang tidak menguntungkan buat diri kita dan orang lain serta mempunyai langkah yang efisien dalam menanganinya, Amien.
Terima Kasih
“Salam damainya hati”


Sumber Informasi :
• Diagnosis Gangguan Jiwa, PPDGJ-11
• Diagnosis Gangguan Jiwa, PPDGJ-111
• Diagnosis Gangguan Jiwa, PPDGJ-IV
• Adolesence “Perkembangan Remaja”, John W. Santrock
• “Ada Apa Dengan Tubuhku”, New york 2011, Lynda Madaras & Area Madaras.